Senin, 27 Juni 2011

MENYIASATI KEBOSANAN DALAM PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
Oleh : Endarto,S.Pd(Widyaiswara badan Diklat Provinsi Banten)

Pembelajaran orang dewasa atau andragogi berbeda dengan pembelajaran anak-anak atau pedagogi. Karena usianya yang berbeda maka pendekatannya pun harus berbeda Karena faktor usia apalagi sudah banyak persoalan dan tanggungan dalam hidupnya maka tidak mudah membangkitkan konsentrasi dan semangat belajarnya. Untuk itu perlu strategi khusus dan variasi dalam mengajar sehingga mereka tidak ngantuk dan antusias dalam mengikuti pelajaran.
Setiap pengajar memiliki cara yang berbeda dalam menarik simpati peserta dan membangkitkan semangat belajarnya lagi. Bila kita tidak memiliki startegi khusus maka bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Ada peserta yang ngantuk, ngobrol dengan temannya, coret-coret buku, sibuk main handphone, ramai dan sebagainya.
Ada beberapa penyebab yang menjadikan peserta tidak konsentrasi, diantaranya adalah :
1.      Peserta yang lelah karena padatnya aktifitas diklat
2.      Peserta yang mengantuk karena kurang istirahat dan tidur
3.      Peserta lapar atau bahkan kekenyangan karena habis makan
4.      Materi yang kurang mengena sasaran
5.      Peserta belum saling kenal sehingga suasana belum hidup
6.      Sifat pertemuan yang terlalu formal sehingga menegangkan
7.      Widyaiswara kurang menarik/atraktif dan komunikatif
Bila hal ini tidak diantisipasi maka materi tidak akan dipahami oleh peserta, peserta bisa antipati terhadap pengajar serta tidak mau menuruti instruksi widyaiswara sehingga pada akhirnya tujuan pembelajaran tidak tercapai.
            Oleh karena itu selain pengajar, pihak penyelenggara juga harus mengantisipasi permasalahan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Pertama,  jadwal kegiatan harus diatur dan disiasati sedemikian rupa sehingga peserta tidak kelelahan, peserta diklat tidak langsung menerima materi, ada waktu jeda untuk istirahat dan sosialisasi dengan peserta lain.
Kedua,  setelah pembukaan dahulukan  pelajaran yang ringan dan menyenangkan, misalnya dinamika kelompok, atau bila diklat itu berlangsung lama bisa dilakukan outbound dahulu. Kalau peserta sudah senang dengan situasi diklat, maka ia akan dengan mudah menerima materi-materi berikutnya.
Ketiga, Panitia harus memperhatikan jadwal dan menu makanan. Jangan sampai peserta terlambat makan sehingga mereka kelaparan. Berikan juga waktu jeda setelah makan sehingga peserta ada waktu istirahat. Menu dan  variasi makanan juga penting karena akan mempengaruhi kekuatan dan kesehatan serta kemampuan berfikir  dan konsentrasi peserta.
Keempat, panitia harus membuat suatu acara khusus dimana peserta yang berasal dari berbagai daerah bisa saling mengenal. Dengan saling mengenal diklat akan menjadi hidup dan berlangsung hangat.
Kelima, usahakan acara tidak terlalu formal sehingga peserta merasa tegang, merasa terintimidasi dan tidak nyaman. Tetapi juga bukan berarti peserta bisa seenaknya sendiri. Serius tetapi santai, yang penting tujuan diklat tercapai.
Kelima, bagian ini adalah bagian yang paling penting, hal ini karena widyaiswara adalah orang yang akan mendampingi peserta selama berjam-jam atau bahkan seharian penuh. Widyaiswara harus mampu membawa peserta pada suasana riang dan santai namun tetap serius selama materi diberikan. Adalah hal yang sangat penting untuk membuat peserta merasa santai dan rileks tetapi tetap berkonsentrasi penuh. Suasana santai dan rileks ini dapat mencairkan situasi dan sedikit mengurangi rasa lelah dan penat yang mereka alami.
Nah, dalam rangka menghidupkan suasana tersebut maka ada beberapa hal yang bisa ditempuh oleh widyaiswara ;

1.    Selipkan humor
Humor sangat penting bagi seorang pengajar. Dengan humor suasana akan menjadi segar dan semarak. Anda bisa menyelipkan cerita-cerita lucu terutama berkaitan dengan materi yang anda sampaikan. Selain itu ekspresi, cara bicara dan rasa humor anda yang tinggi (sense of humor) bisa membuat peserta terhipnotis oleh anda sehingga mereka ceria dan antusias dalam mengikuti presentasi anda. Anda bisa mencari kisah-kisah lucu, gambar-gambar lucu atau bahkan anda bisa menjadikan diri anda menjadi pribadi yang humoris sehingga hal ini akan menjadi nilai lebih anda dalam mengajar.


2.    Gunakan slide yang bervareasi
Tampilan slide akan menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta. Gunakan slide yang bervareasi dan bisa juga yang meriah. Jangan sampai slide anda terkesan monoton, apalagi hanya hitam putih sehingga peserta bosan dan tidak ada kejutan-kejutan dalam presentasi anda. Apalagi saat ini teknologi pembuatan slide makin canggih dan menarik sehingga akan sangat membantu anda.

3.    Tampilkan gambar-gambar
Carilah gambar-gambar yang mampu menarik perhatian peserta, tentu saja yang berkaitan dengan materi. Bisa juga gambar-gambar lucu yang bisa mengundang tawa peserta. Usahakan gambar-gambar tersebut berwarna, menarik dan mampu memperjelas materi yang anda sampaikan.

4.    Gunakan audio visual
Siapkan film yang berkaitan dengan materi anda. Pilihlah film yang menarik. Setelah melihat film tersebut, ajaklah peserta mendiskusikan apa yang terjadi disana.

5.    Selipkan nyanyian
Hampir semua orang suka menyanyi, baik itu lagu pop, dangdut, rock, maupun lagu tradisional dan lagu barat. Pilihlah lagu yang tepat, sesuai dengan materi yang anda sampaikan atau lagu yang lagi tenar. Dengan menyanyi mereka akan menjadi terhibur dan gembira.

6.    Ciptakan aktifitas yang melibatkan peserta secara aktif
Peserta jangan hanya menjadi pendengar terus. Libatkan mereka secara aktif dalam proses belajar mengajar, misalnya dengan tanya jawab atau yang lebih pas adalah diskusi. Pertama bagilah kelas menjadi beberapa kelompok. Selanjutnya berilah masing-masing kelompok itu topik yang harus mereka bicarakan dulu dalam kelompoknya. Lebih baik kalau hasil diskusi dibuat slidenya. Selanjutnya masing-masing kelompok presentasi di depan yang kemudian ditanggapi oleh peserta lainya. Dengan cara ini anda akan istirahat bicara dan gantian peserta yang terlibat aktif dalam pembelajaran.

7.    Games atau Ice Breaker
Permainan bukan dominasi anak-anak. Orang dewasapun pada umumnya suka dengan permainan untuk sejenak melupakan beban hidup. Permainan dapat bersifat individu maupun kelompok. Games atau ice breaker berfungsi sebagai rangsangan agar peserta terlibat aktif dalam pembelajaran, mereka tidak pasif  menjadi pendengar saja. Lebih dari itu ice breaker akan membuat peserta  menjadi mau berpikir, berkreasi dan lebih mengenal satu dengan lainnya. Dengan itu pula mereka akan gembira, situasi menjadi ramai dan hidup, sehingga ngantuk menjadi hilang. Ada banyak model permainan yang biasa diberikan dalam diklat-diklat, tinggal anda sendiri yang harus aktif mencari atau berkreasi menciptakan  permainan baru.

Contoh Permainan :
Nama Permainan     : Bayangan Cermin
Waktu                       : 5-10 Menit
Materi                       : Keorganisasian
Tujuan                       : Komunikasi Anggota

Prosedur :
Pertama, trainer menyuruh dua orang peserta untuk maju ke depan dan kemudian salah satu peserta memperagakan gerakan seseorang yang sedang bercermin. Dia harus memperagakan seseorang yang sedang bergaya, berdandan, menyisir, pakai bedak, melihat gigi, berbagai ekspresi wajah atau sedang merapikan pakaian. Sedang peserta satunya berdiri di depan peserta yang sedang bercermin tadi, ia memerankan bayangan di cermin. Apapun yang dilakukan peserta pertama, maka peserta kedua harus menirukan, semirip mungkin.
Setelah model permainanya di pahami semua peserta maka panggil pasangan-pasangan berikutnya untuk memerankan hal yang sama. Pasti situasi dijamin ramai dan heboh. Dimana pihak yang bercermin memainkan berbagai ekspresi yang kadang lucu, norak bahkan terlalu cepat sehingga pihak kedua yang memerankan bayangan dicermin akan dibuat kelabakan menirukan gaya pihak pertama, apalagi bila pihak pertama terlalu cepat merubah ekspresi dan gerakan maka pihak kedua akan tertinggal-tinggal dalam menirukan gerakannya. Dan sudah pasti para peserta akan terpingkal-pingkal dibuatnya.

            Manfaat :
Ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari permainan Bayangan Cermin ini, beberapa diantaranya :
1.      Bahwa seseorang sering merasa dirinya yang paling bagus dan paling benar, walaupun sesungguhnya anggapan itu terkadang semu dan tidak sesuai dengan kenyataanya-seperti halnya tangan kanan yang dalam bayangan cermin menjadi tangan kiri. Oleh karena itu, bersikaplah rendah hati di dalam kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi.
2.      Cobalah untuk mengerti keadaan diri kita sendiri. Orang yang sadar dan mengerti akan dirinya sendiri adalah orang yang tahu diri dalam hidupnya. Tetapi orang yang tidak menyadari siapa dirinya, tidak mengetahui dalam posisi apa dia sekarang, berartioarng tersebut sering lebih merugikan dirinya sendiri.
3.      Mengertilah kekurangan dan kelebihan kita. Menyadari kekurangan diri akan menimbulkan motivasi untuk mau memperbaiki diri dan mengejar ketertinggalan dari orang lain. Teruslah berbuat baik dalam hidup ini, teruslah berkarya dan berbuat. Terus beraktifitas lebih utama daripada duduk termangu tanpa jasa dan karya
4.      Hikmah bagi bayangan cermin adalah; Janganlah kita ingin menjadi orang lain dengan meniru gaya hidup, sikap ,cara bicara, penampilan dan sebagainya agar bisa semirip mungkin dengan tokoh idolanya. Akibatnya identitas diri kita menjadi hilang. Jadilah diri sendiri, jangan ingin jadi orang lain. Syukurilah apa yang ada pada dirimu.

Demikianlah beberapa hal yang harus dilakukan baik oleh penyelenggara diklat dan terutama para widyaiswara sehingga peserta akan bergairah dalam mengikuti mata ajar demi mata ajar dan tujuan diklat akan tercapai dengan baik.***(Diolah dari berbagai sumber)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda